Kamis, 10 April 2014 - 0 komentar

MENGENAL TEKNOLOGI NANO SATELIT

Ilmu pengetahuan dan teknologi sangat pesat perkembangannya, untuk itu kita jangan sampai kalah dengan negara-negara yang sedang berkembang, dalam hal ini saya
ingin mengajak para pembaca untuk dapat mengenal lebih dekat lagi apa yang dinamakan Teknologi Nano Satelit.

Sesuai data yang saya dapatkan dari berbagai media bahwa Konsep nano teknologi diperkenalkan oleh Richard Feynman seorang ahli Fisika pada sebuah pidato ilmiahnya yang diselenggarakan oleh American Physical Society di Caltech (California Institute of Technology), 29 Desember 1959 dengan judul “There’s Plenty of Room at the Bottom”. Pada tahun 1965 beliau memenangkan hadiah nobel dalam bidang fisika.

Satelit yang mengorbit bumi

Nano teknologi pertama kali diresmikan oleh Prof. Norio Taniguchi dari Tokyo Science University tahun 1974 dalam makalahnya yang berjudul “On Basic Concept of Nano-Technology’,” Proc. Intl. Conf. Prod. Eng. Tokyo, Part II, Japan Society of Precision Engineering, 1974.

Teknologi Nano adalah teknologi masa depan. Diperkirakan 5 tahun ke depan seluruh aspek kehidupan manusia akan menggunakan produk-produk yang menggunakan teknologi nano yang diaplikasikan dalam bidang Medis & pengobatan, Otomotif, Komputer, Kosmetik, Farmasi Tekstil, Militer, Lingkungan hidup maupun konservasi energi.

Teknologi nano saat ini berada pada masa pertumbuhan dan tidak seorang pun yang dapat memprediksi secara akurat apa yang akan dihasilkan dari perkembangan penuh bidang ini di beberapa dekade ke depan. Meskipun demikian, para ilmuwan yakin bahwa teknologi nano akan membawa pengaruh yang penting.

Satelit adalah benda yang mengorbit benda lain dengan periode revolusi dan rotasi tertentu. PT Dirgantara Indonesia, bekerja sama dengan Pusat Teknologi Elektronika Dirgantara dari Lembaga penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), merancang satelit nano yang dinamakan Indonesia nano-satelit-1 (Inasat-1). Mochtar Riady dari Group Lippo dan Prof. Yohanes Surya (Pelopor Tim Olimpiade Fisika Indonesia) juga telah mendirikan Center of Nanotechnology. Dengan ukuran lebih kecil dan lebih efisien, hal ini akan berdampak positif bagi perkembangan teknologi. Disebut sebagai Satelit nano karena satelit tersebut memiliki berat di bawah 10 kg.

Para mahasiswa Indonesia yang berasal dari mahasiswa UGM, ITB, ITS, UI, dan PENS ITS tergabung dalam INSPIRE (Indonesian Nano Satellite Platform Initiative for Research & Education) merupakan forum pertemuan antar mahasiswa dengan berbagai stakeholder dari pemerintah dan lembaga riset untuk mendorong penguasaan teknologi satelit sejak kalangan mahasiswa.

Dalam forum tersebut dibagi tugas yang berbeda pada masing-masing perguruan tinggi. Universitas Indonesia (UI) bertugas menggarap communication payload, dan Universitas Gadjah Mada (UGM) punya kewajiban menyelesaikan On Board Data Hand Link (OBDH). PENS ITS sendiri memfokuskan diri dalam menggarap Attitude Determination on Control Satelite (ADCS) atau yang dikenal dengan istilah ground station (satelit di permukaan bumi).

Dengan dikuasainya ilmu nano satelit ini diharapkan dapat memenuhi tuntutan jaman yang serba canggih sekarang. GPS, jaringan telekomunikasi dan pemancar sinyal lainnya akan menggunakan satelit ini. Satelit ini akan lebih ekonomis dalam pembuatan dan peluncurannya, sehingga satelit yang dimiliki negara kita akan lebih banyak jumlahnya dan dapat digunakan untuk berbagai macam kepentingan.

Bangsa Indonesia akan lebih disegani oleh negara-negara lain apabila telah menguasai teknologi satelit nano ini. Keamanan dan pertahanan negara kita pun dapat terjamin dan tidak akan tergantung pada teknologi satelit negara lain. Dengan demikian, kita akan menjadi negara yang tangguh yang dapat berdiri di kaki sendiri, tanpa campur tangan negara lain.

0 komentar:

Posting Komentar