"Merah kitong pu DARAH yesus, putih kitong pu HATI. MERAH PUTIH kitong pu BENDERA" kutipan yang saya ambil dari seorang dosen untuk membakar rasa nasionalisme saya di papua ini. Sudah jelas sumpah yang diucapkan pemuda-pemudi tanggal 28 Oktober 1928, bertumpah darah satu tanah air indonesia, berbangsa satu bangsa indonesia, dan berbahasa satu bahasa indonesia. Tapi kenapa masih ada saja yang tidak mengakui itu.
Memang masih saja ada sebagian saudara kita disini yang memiliki rasa nasionalisme Merah Putih-nya yang kurang. Tapi itu kebanyakan adalah saudara kita yang memiliki kepentingan-kepentingan untuk diri sendiri. Entah itu masalah politik atau ekonomi, namun yang tidak saya sukai dari mereka iyalah suka mengganggu dan membuat susah orang. Katanya membela kepentingan orang papua (saya juga sekarang orang papua pak!!!) tapi malah bikin susah orang. Kalau sudah demo, yang kerja telat, yang sekolah libur, yang belanja ga jadi, yang parah kalau yang sakit masak ga ke rumah sakit?.
Kalau memang ingin Papua ini sejahtera ya kegiatan seperti itu ga usah lah, kan lebih baik kalau bekerja bersungguh-sungguh sesuai bidangnya masing-masing kita bangun Papua mulai diri pribadi pasti akan terjadi perubahan untuk Papua ini. Seperti perumpamaan Trim Tab yaitu sebuah alat kendali kecil sebuah kapal Tanker. Walaupun ia kecil namun apabila ia berperan, kapal Tanker yang panjangnya bisa ratusan meter itu bisa berubah haluan sesuai gerakan Trim Tab tersebut.
Tanamkanlah rasa nasionalisme merah putih itu di dalam dada. Perjuangan kita tidak seperti pahlawan dahulu yang mengangkat senjata melawan penjajah namun perjuangan kita sekarang adalah ikut serta dalam membangun Bangsa Indonesia dari Sabang sampai Merauke dan dari Miangas sampai Rote agar adil, makmur, aman dan sejahtera.
"Dari Papua kita pancarkan kedamaian untuk Indonesia"
0 komentar:
Posting Komentar